Banyak orang terkadang penasaran dengan kehidupan yang dialami dan dijalani oleh orang lain. Fakta membuktikan bahwa ternyata orang tidak hanya penasaran tetapi lebih dari itu, ada kemauan untuk mengenal dan merasakan sendiri dengan bertukar pengalaman tidak saja lewat cerita tetapi dilengkapi dengan pengalaman nyata. Pergi dan mengalami langsung cara dan jalan hidup orang lain menjadi cara dan jalan hidupnya sendiri untuk waktu tertentu. Spiritnya adalah untuk merasakan dan mengalami bagaiamna hidup orang atau kelompok tertentu. Ada upaya dan usaha terbalut niat baik mengambil peran, menjalani cara hidup orang atau kelompok tertentu menjadi pengalamannya sendiri. Misalnya seorang guru yang mengambil peran sebagai nelayan, atau seorang artis menjadi petani sayur, menjadi penjual bakso keliling dan lain-lain. Kesemuanya ini mau memperlihatkan hal pokok atau pesan utamanya yaitu tentang bagaimana mengalami keseharian peran/aktivitas yang dijalankan oleh orang lain.
Secara khusus terkait kehidupan para Seminaris/Calon Imam atau Romo sudah beberapa tahun ini diadakan kegiatan/program yang namanya Live In. Live in sendiri mempunyai makna tinggal di atau bersama dalam keidupan/keseharian orang lain untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini para siswa yang ditunjuk dari sekolah yang menjalin kerja sama ini dapat tinggal di atau bersama dengan para seminaris. Kegiatan ini merupakan bentuk kerja sama antara Seminari sebagai tempat pendidikan dan pengembangan benih calon imam dengan sekolah-sekolah yang mendidik, membina dan membimbing generasi bangsa yang juga dapat melahirkan bibit-bibit calon imam untuk kehidupan dan pelayanan Gereja. Pada kegiatan live in di Seminari ini, para siswa Katolik yang mempunyai minat/cita-cita untuk menjadi seorang imam/romo mendapat kesempatan untuk sejenak tinggal di atau bersama para seminaris dalam jangka waktu 2 – 5 hari dalam pengalaman sebagai calon imam dengan segala dimanika kehidupan dan aktivitasnya. Hal ini tentu menjadi dukungan atas cita-cita yang mulai tumbuh dan untuk terus ditumbuhkan dalam perjalanan selanjutnya. Kurang lebih mereka yang baru mulai timbul keinginan atau bahkan akan ditimbulkan keinginan/cita-citanya setelah mengalami proses /pengalaman singkat bersama para calon imam ini mendapatkan pengalaman bagaimana keseharian para calon imam. Lebih dari itu, kehidupan dan dinamika keseharian calon imam dan bahkan akanmenjadi seorang imam/romo dibuka, diperkenalkan dan dialami sejak dini sebagai gambaran untuk masa dan panggilan ke depannya.
![]() |
Kegiatan Live In ini terlaksana di 3 (tiga) tempat antara lain: Seminari Wacana Bhakti Pasar Minggu, Jakarta Selatan yang dikuti oleh 6 siswa kelas 9 SMP Strada St. FX III yakni: Bernardus Edrich Simbolon, Ignasius Bryan Kusuma, Juan Wewo, Oktavianus Riski Madut, Patricyus Buaton dan Chrisantus Rikson Setiawan. Kegiatan live ini berlangsung dari tanggal 29 – 30 November 2024. Pada kesempatan ini para peserta dari SMP Strada St. FX III bersama peserta dari sekolah lain terlibat dalam berbagai kegiatan dalam keseharian para seminaris di Wacana Bhakti. Ada berbagai dinamika yang diikuti dan tentu hal ini memberikan gambaran kepada para peserta tentang kehidupan para calon imam. Mereka terlibat dalam berbagai kegiatan yang meliputi: pembiasaan pengembangan kerohanian misalnya doa, renungan dan misa bersama; kegiatan akademik, dikutkan dalam pembelajaran, diskusi/belajar bersama; kehidupan bersama/komunitas; dibagi dalam berbagai kelompok kegiatan, rekreasi bersama, makan bersama, kerja bersama dan pembiasaan pengembangan ketrampilan meliputi: olahraga, berlatih/bermain musik dan bernyanyi. Kehadiran para siswa dari sekolah-sekolah jenjang SMP Perkumpulan Strada ini disambut dengan penuh kekeluargaan dan persaudaraan oleh seluruh anggota komnunitas di seminari. Hal ini tentu memberikan rasa aman, senang diterima dan diperlakukan dengan sangat baik guna menjalani masa pengenalan, belajar dan hidup bersama ini dengan baik pula.
![]() |
Selain live in di Seminari Wacana Bhakti, ada juga yang terpilih untuk mengikuti program ini di Wisma Salesian Don Bosco/SDB Sunter Jakarta Utara. Live in ini diikuti oleh 4 (empat) siswa antara lain: Andreas Imanuel Sau, Hanzo Hidalgo Ginfri, Jason Nobert Junior dan Frederiano Agung. Peserta yang terpilih untuk mengikuti live in di Wisma Salesian Don Bosco ini mengalami bagaimana kehidupan para Frater, Bruder dan Romo dari kongregasi Salesian Don Bosco selama semalam dua hari yang berlangsung pada 7 – 8 Desember 2024. Selama berada di Wisma Salesian ini mereka terlibat dalam kehidupan dan aktivitas para frater, bruder dan romo dalam doa, refleksi, renungan, meditasi, misa, diskusi, kerja bakti membersihkan ruangan dan lingkungan wisma, makan bersama, rekreasi, bermain game dan olahraga bersama. Selain itu, ada juga aktivitas untuk melatih tanggung jawab dan kemandirian dengan mencuci alat makan sendiri setelah digunakan. Dan untuk lebih mengenal kehidupan para pengikut Santo Yohanes Don Bosco ini, mereka juga diperkaya dengan menonton kisah perjalanan orang-orang kudus terutama Sang Pendiri Santo Yohanes Don Bosco dan juga kisah panggilan dan kegiatan lainnya sebagai bagian dari cara mengenalkan kongregasi dan kehidupan para pengikut Santo Yohanes Don Bosco ini.
![]() |
![]() |
Kegiatan terakhir dalam rangkaian program live in terlaksana di Seminari Santo Petrus Kanisius Mertoyudan Magelang, Jawa Tengah yang berlangsung dari tanggal 14 – 18 Januari 2025 dan diikuti oleh satu siswa yaitu Oktavianus Riski Madut yang biasanya akrab disapa Kidut. Dari rangkaian program live in, ini merupakan kegiatan dengan rentang waktu yang lebih lama dibandingkan kegiatan lainnya baik di Seminari Wacana Bhakti maupun di Wisma Salesian Don Bosco. Riski berangkat bersama teman-teman lainnya dari Kantor Strada Pusat Gunung Sahari yang didahului dengan acara pemberangkatan, doa dan berkat oleh Romo Direktur.
Selama berada di lingkungan pendidikan calon imam ini, ada banyak hal yang diikuti, dialami dan dilakukan. Secara rinci dapat digambarkan keseluruhan aktivitas dari pagi hingga malam hari dalam satu rangkaian yang berkelanjutan dan berkesinambungan sebagai berikut: dari bangun pagi, kegiatannya adalah mandi, doa pagi dan misa. Setelah misa, dilanjutkan dengan makan/sarapan pagi dan sesudahnya ada waktu untuk istirahat sejenak sebelum memulai dengan kegiatan belajar mengajar di kelas sampai dengan pukul 13.00 lalu makan siang. Menariknya bahwa setelah mengisi dan mendapatkan energi baru dari makan siang, ada kegiatan lain namanya opera di mana para seminaris maupun yang sejenak menjadi seminaris melakukan aktivitas ringan guna membantu aliran pencernaan dengan melakukan kegiatan bersih-bersih di beberapa titik sekitar lingkungan seminari. Setelah opera, para seminaris perlu istirahat siang, saatnya untuk mengistirahatkan tubuh dari aktivitas lainnya karena akan ada kegiatan lainnya yaitu olahraga. Ada berbagai macam pilihan untuk olahraga bersama yaitu sepak bola, tenis meja, basket dan futsal. Setiap seminaris dapat memilih untuk berolahraga atau terlibat dalam kegiatan olahraga bersama ini. Seusai bergiat dalam olahraga bersama, kegiatan berikutnya adalah mandi dan makan malam. Makan malam tentu bukanlah kegiatan terkahir dalam rangkaian kegiatan dalam satu hari itu. Masih ada kegiatan lainnya yaitu belajar mandiri di kelas masing-masing sebelum tidur malam. Sebelum tidur para seminaris perlu belajar dulu guna mempersiapkan pembelajaran besok harinya sebelum tidur.
![]() |
Di tengah dinamika keseharian dari pagi sampai malam ini, ada kegiatan lain untuk memberikan nuansa rekreasi, bermain dan belajar sebagai variasi kegiatan melalui game yang dilakukan dalam kelompok dan dipandu oleh para pengurus Osis di Seminari. Pengalaman lain yang tentunya sangat bermakna untuk menghidupkan semangat merenung, refleksi, evaluasi diri, berdialog dengan diri sendiri, menarik perhatian dan fokus pada diri sendiri melalui saat atau waktu “Silentium.” Dengan adanya saat silentium ini, semua seminaris berkegiatan dalam keheningan dan kesunyian. Situasi yang tercipta adalah hening dan sunyi namun semua kegiatan tetap terlaksana tanpa komunikasi dengan orang lain. Hanya ada tanda yang terdengar atau terlihat untuk terkoordinirnya semua kegiatan yang ada. Pada moment seperti ini kesadaran yang perlu dibangun adalah berdialog dengan diri, bertanya dan menggerakan diri sendiri untuk terlibat sepenuhnya dalam keseluruhan dimanika yang ada dan memang terlaksana dengan baik. Banyak hal yang dapat dikerjakan dalam situasi diam, hening dan sunyi yang membawa dampak yang sangat berarti dan positif untuk perkembangan diri dan bersama. Akhirnya patut untuk dipahami, direnungkan dan dihayati bahwa diam, hening dapat menghasilkan sesuatu yang positif untuk diri juga orang lain dan bisa untuk dijalani.
Kegiatan live in yang telah dijalani baik di Seminari Wacana Bhakti, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Wisma Salesian Don Bosco, Sunter Jakarta Utara dan Seminari Santo Petrus Kanisius Mertoyudan, Magelang Jawa Tengah tentu menjadi catatan pengalaman penuh pesan dan kesan. Para siswa yang terpilih untuk mengikuti kegiatan ini pulang dengan membawa berbagai pengalaman menarik dan berkesan yang tentunya dapat membangkitkan semangat belajar dan cara hidup yang lebih baik dengan bertanggung jawab dan disiplin. Kesemuanya menjadi kumpulan kisah yang baik untuk terus dikenang, dihayati dan dihidupi dalam usaha dan perjuangan ke depan agar tumbuh dan berkembang menjadi pribadi berkarakter sesuai nilai-nilai Perkumpulan Strada: Pelayanan, Kejujuran, Dispilin, Kepedulian dan Keunggulan. Dan lebih dari itu, dapat memberikan dukungan dan menimbulkan motivasi panggilan menjadi seorang imam/romo demi pelayanan kepada kemuliaan Tuhan dan keselamtan sesama.
Kisah pengalaman penuh makna
Siapa tau berawal dari kenal muncul kerinduan mengenalNya lebih dalam lagi kan gaesss??? Yuk berani untuk menanggapi panggilanNya …